.post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

20 Nov 2013

Cara Pemasangan Dinding Bata


Pemasangan bata sebagai dinding rumah merupakan pekerjaan yang perlu mendapatkan perhatian terutama pada pekerjaan pasangan bata yang ditujukan untuk pembuatan dinding. Dalam pemasangannya , disamping kerapian pekerjaan   harus diperhatikan dari segi  kekuatan , kelurusan pasangan, ketegakan dan pengaruh kesikuan terhadap ruangan dan yang perlu diperhatikan juga adalah keamanan sewaktu pemasangan dan juga keefesienan pemakaian material.  Untuk mendapatkan hasil maksimal terhadap hal tersebut beberapa faktor yang harus diperhatikan saat pelaksanaan pekerjaan pasangan bata adalah sebagai berikut :
 A. Kwalitas Material
  1. Pastikan bata yang dipakai adalah bermutu baik, secara visual anda dapat lihat bata yang bagus adalah berwarna coklat tua dan bata tidak cepat rapuh. Pastikan permukaan tidak terlalu rapat karena akan menyulitkan penyerapan permukaan bata terhadap mortar sehingga ikatan akan kurang baik.
  2. Batu bata kadang ditemukan dalam berbagai ukuran dan lebar yang tidak sama, baik panjang, lebar dan ketebalan. Ukura batu bata yang anda miliki harus diperhatikan, jika anda mendapatkan bata dari supplier yang berbeda dengan ukuran bata yang berbeda, lakukan pemisahan pemasangan supaya pasangan bata kelihatan rapi .
  3. Sebelum dipasang lakukan pengecekan kekedapan air pada bata.  Jika bata terlalu kering lakukan perendaman bata sekitar 5-10 menit hingga tercapai jenuh permukaan kering pada bata, hal ini dilakukan supaya tingkat penyerapan bata terhadap air  campuran adukan/ mortar tidak terlalu cepat,  karena pengeringan yang terlalu cepat mengakibatkan kekuatan ikatan tidak baik. Jika bata dalam keadaan basah jangan terlalu dipaksakan untuk dipasang, tunggu permukaan bata agak kering. Permukaan yang terlalu basah mengakibatkan bata akan jenuh menyerap adukan mortar sehingga akan memungkinkan adukan akan meleleh dan air semen akan terbuang dari pasangan. Dan jika bata terlalu kering maka akan menimbulkan penyerapan yang terlalu cepat, yang akan menimbulakn pengikatan tidak terlalu bagus.
  4. Lakukan penumpukan material  batu bata dekat  area dinding yang dipasangkan. Penumpukan material tidak boleh terlalu jauh dan tidak terlalu dekat sehingga menyulitkan pemasangan. Batu bata ditumpuk harus beraturan, supaya memudahkan pengambilan oleh tukang pasang.  Untuk pemotongan, harus disediakan satu orang khusus yang melakukan pemotongan
  5. Pastikan adukan mortar menggunakan pasir yang baik dengan gradasi yang bagus.  Pasir juga dianjurkan tidak banyak mengadung butiran batu dan juga tidak banyak mengandung lumpur. Pastikanpengadukan dilakukan dengan perbandingan campuran dengan seimbang sesuai dengan yang diisyartakan. Biasanya campuran 1:3, 1:4 dan 1:5.  
  6. Pembuatan adukan harus diperhatikan secar benar, jangan membuat aduakn dalam volume yang terlalu banyak, maksudnya harus diseimbangkan antara volume adukan dengan volume  pemasangan . Jika volume adukan terlalu banyak, dikhawatirkan adukan/ mortar sempat mengering.
B. Kelengkapan Peralatan
  1. Pastikan anda mempunya semua perlatan yang dibutuhkan . Perlengakapan dari mulai pengadukan, alat pasang, alat potong dan juga alat penghantar material harus tersedia dengan jumlah yang cukup dan kondisi yang baik.
  2. Pastikan selalu tersedia benang tukang, paku dan waterpass, yang diperlukan untuk pembuatan garis pandu dan pengecekan  kelurusan dan ketegakan pasangan bata.
  3. Untuk posisi pemasangan dinding bata pada posisi yang sudah tinggi, harus disediakan scafolding ataupun perancah kayu dipasang dalam kondisi kuat dan posisi yang tidak terlalu jauh dengan dinding yang dipasang. Hindari pemasangan perancah yang bersingggungan langsung dengan dinding yang baru dipasang karena dikhawatirkan bisa membuat pasangan akan roboh / jatuh.
C.  Pelaksanaan Pemasangan
  1. Chek posisi penempatan dinding yang akan dikerjakan dan chek kondisi pondasi penempatan dinding apakah sudah kondisi baik.
  2. Kondisi pondasi/ sloof  harus bersih dan mempunyai alur pengikatan antara sloof ke pasangan bata.  Jika terdapat kotoran atau lumpur pada sloof harus dibersihkan  supaya pengikatan dinding dengan sloof terikat dengan baik. Demikian juga halnya pada kolom harus dipastikan tersedia angkur untuk pengikatan ke dinding (biasanya angkur menggunakan besi 10 mm yang ditanamkan ke kolom sewaktu pengecoran dan muncul dengan panjang antara 15 – 20 cm).
  3. Jika kondisi sloof dan kolom sudah baik, kemudian lakukan pembuatan garis benang pada bagian dinding yang akan dipasangkan. Untuk garis lurus secara horizontal dilakukan pembuatan benang pada salah satu sisi bagian pinggir bata yang akan dipasang, dilakukan dengan penarikan benang dari ujung ke ujung  dinding. Untuk ketegakan dibuat  garis tegak lurus secara vertical terhadap benang horizontal yang sudah dibuat, pembuatan garis vertical dapat dibuat pada kolom yang ada ataupun pembuatan mal bantu dikedua ujung dinding yang akan dipasangkan . 
  4. Jika benang horizontal  pada pemasangan awal sudah terpasang. kemudain mulai memasang bata pada kedua ujung bagian dinding yang akan dipasangkan , kemudian dilanjutkan  mulai satu demi satu hingga tercapai sambungan dari ujung keujung. Lakukan pengecekan  leveling  diatas  batu bata yang sudah terpasang  dan pastikan  semua pasangan bata semuanya dalam keadan rata. Jika sudah rata maka ini adalah menjadi panduan untuk memasang ketingakt berikutnya. Harus dipasikan ketebal mortar harus tetap sama dan demikian juga pengisian mortar  antar bata harus sama.
  5. Jika saat pemasangan terdapat perbedaan ketinggian bata, maka untuk mendapatkan kerataan dapat dilakukan dengan memukul ujung bata dengan pelan sampai bata tetap rata, pemukulan dapat dilakukan dengan kondisi adukan masih dalam keadaan basah. Jika adukan/ mortar sudah kering  maka mortar harus diambil dan diganti dengan adukan/mortar baru.
  6. Jika bata sudah dipasangkan dalam beberapa rangkaian, kadang adukan/mortar ada yang berlebih atau sampai melelh hingga keluar dari sisi pinggir pasangan, jika itu terjadi adukan berlebih harus segera di ratakan dengan menggunakan sendok semen supaya permukaan tetap rata , jangan biarkan sempat mengering karena hal ini sangat mempengarui kerapian dan kerataan dinding saat pelaksanaan plesteran.
  7. Setelah mendapatkan  beberapa tingkatan  pasangan bata yang sudah dipasangkan yang telah terhubung dari ujung keujung bagian didnding ayng dipasangkan, anda kemudian harus menarik garis horizontal dari ujung keujung pada garis vertical yang dibuat untuk mendapatkan ketegakan dinding.  Pemasangan benang horizontal dapat dilakuakn setiap 50 cm .  Pastikan anda tetap memasangkan dalam 1 garis lurus sesuai denga benang yang dipasangkan sehingga  didapatkan ketegakan dinding yang baik dan kondisi pasangan tetap rapi sampai posisi atas.
D. Pemeliharaan
  1. Jika pemasangan dinding sudah selesai sampai level yang diinginkan,  pasangan harus dipelihara dari benturan atau pembebanan sampai kondisi ikatan sudah benar benar kering.
  2. Jika ada bekas adukan/ mortar dibawah pasangan yang menumpuk harus segera dibersihkan, jangan sampai mengering karena bisa menajdi pekerjaan tambahan saat pelaksanaan pemasangan lantai.
  3. Jika pemasangan baru selesai dilakukan, anda perlu juga membuat pengaman atau tanda supaya pasangan tersebut tidak disentuh atau di bentur oleh orang yang lewat

Site Mix

CARA BUAT DUCT BETON

Adukan beton 1 : 2 : 3
Perbandingan Semen, Pasir dan Batu Split/Kerikil 1 : 2 : 3.
Trus masing-masing jadi berapa volumenya ?
Pertama-tama kita harus mengetahui berapa bagian masing-masing item. Semen : 1/6 ; Pasir : 2/6 dan Batu Split : 3/6. Berarti Semen mempunyai bagian 1/6 dari 1 m3 beton = 0,167 m3, Pasir mempunyai bagian 2/6 dari 1 m3 beton = 0,333 m3, Batu Split/Kerikil mempunyai bagian 3/6 dari 1 m3 beton= 0,5 m3.

cara yang mudah untuk membuat adukan beton sesuai dengan takaran tadi.
Tentunya kita harus membuat takaran. Takaran ini mengacu pada jumlah semen. Takaran biasanya dibuat dari kayu yang biasa disebut Dolak. Nah dolak ini dibuat sesuai dengan ukuran 1 (satu) sak semen (persegi). Jadi Takarannya menjadi : Semen = 1 dolak, Pasir = 2 dolak dan Batu Split/Kerikil = 3 dolak.

Nah duct beton saya rencananya mempunyai ukuran 3 x 5 m2 . Kalo menghitung kebutuhan materialnya bagaimana ya ?
Kita harus mengetahui volume duct beton anda. Misal kita akan membuatnya dengan ketebalan 10 cm, maka volume beton yang dibutuhkan adalah 3 x 5 x 0,1 m3 = 1,5 m3. Nah dari perbandingan beton tadi volume kebutuhan masing-masing material adalah Semen = 1/6 x 1,5 m3 = 0,25 m3 atau jika kita konversi dalam satuan sak semen = Volume Semen : Volume 1 sak semen (mis ukuran 1 sak semen 50 kg = 0,1 x 0,4 x 0,6 = 0,024 m3) = 0,25 : 0,024 = 10,416 sak semen @ 50 kg. Pasir = 2/6 x 1,5 m3 = 0,5 m3 dan Batu Split/ Kerikil = 3/6 x 1,5 m3 = 0,75 m3.

Untuk kekuatannya bagaimana ? Apakah adukan beton 1 : 2 : 3 memenuhi syarat untuk kebutuhan pelaksanaan konstruksi duct beton saya ?

Untuk adukan beton 1 : 2 : 3 kurang lebih setara dengan Beton Mutu K-175 atau dengan kata lain mempunyai kuat tekan 175 kg / cm2, dimana cukup untuk memenuhi syarat kondisi kekuatan duct beton anda. Jika anda ingin menentukan kekuatan beton sesuai dengan SNI (Standard Nasional Indonesia) misal dengan adukan beton (site mix) dengan K-200 atau K-225 maka anda dapat mengacu pada Buku SNI tentang Komposisi Adukan Beton yang diterbitkan oleh Dinas PU.


CARA MENGHEMAT SEMEN TANPA MENURUNKAN KUALITAS BETON

Abstraksi
Pada umumnya orang menggunakan semen dengan campuran pasir. Perbandingan pemakain semen terhadap pasir menunjukkna kualitas dari adukan (mortar), semakain banyak persentase pasir maka kualitas dari pada adukan akan semakin menurun. 1 bagian semen dicampur maksimal 5 bagian pasir. Menghemat pemakain semen untuk adukan (menyambung bata cukup dengan semen tipis yang sudah dicampur air) dan acian (acian cukup dengan semen cair dikuaskan diatas permukaan bata semen). Menghemat biaya tenaga kerja Selain itu, bentukan semacam ini jelas menghemat biaya bahan dan waktu pengerjaan.

Pendapat menurut indocementawards. Beton merupakan salah satu bahan material yang hampir selalu digunakan pada bangunan modern dewasa ini. Berkat ditemukannya beton, struktur bangunan menjadi lebih kokoh, mudah dirawat, dan berdaya tahan tinggi. Kelebihan lainnya adalah beton mudah dicetak ke dalam aneka bentuk dan ukuran yang dikehendaki guna menunjang mencapai desain secara arsitektural. Bila berbicara mengenai beton, pastilah kita akan membahas semen sebagai salah satu bahan pembentuknya. Karena beton terdiri atas campuran semen, agregat halus/pasir, agregat kasar, dan air. Untuk mendapatkan beton berkualitas, perbandingan campuran bahan harus sesuai standar yang telah ditetapkan. Penggunaan air juga tidak boleh berlebihan dan keseimbangan perbandingan agregat kasar dan halus harus tepat sehingga campuran beton tidak telalu kasar atau halus. Perhatikan juga proses pengadukannya harus homogen. Kualitas beton itu sendiri banyak macamnya tergantung pada kekuatannya menahan beban tekan tiap cm2-nya. Misalnya beton K 175 mampu menahan beban 175 kg/cm2 setelah beton tersebut berumur 28 hari. Begitu pula dengan beton K 200 dan K 250 yang mampu menahan beban 200 kg/cm2 dan 250 kg/cm2 setelah berumur 28 hari. Beton K 175 dan K 200 bisa digunakan untuk mengecor kolom, fondasi, lantai pabrik, atau konstruksi yang tidak membutuhkan beton bermutu tinggi. Sedangkan K 225 dan K 250 untuk pengecoran, tangga, dan balok dengan bentang yang tidak terlalu panjang. Untuk memperoleh mutu beton yang beragam sangat dipengaruhi perbandingan bahannya. Bagi beton kualitas rendah atau sedang, misalnya K 200 hingga K 250 dapat menggunakan metode perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 agregat kasar hingga perbandingan 1 semen : 1,5 pasir : 2,5 agregat kasar. Sedangkan untuk beton kualitas tinggi seperti K 400 menggunakan metode perbandingan berat dan memerlukan perencanaan khusus.
Petunjuk Penggunaan Pada Campuran Pada Beton

Mutu Beton
Bahan per m3 Beton

K             f’c            PPC kg           Pasir kg            Kerikil * kg            Air liter

175         145             297                   574                    1339                     190
225         185             325                  565                     1320                     190
300         250             371                  570                     1269                     190
350        290              402                  560                     1248                     190
450        375              457                  578                     1175                     190

Untuk kekuatan tekan K 225 dengan perbandingan 1 bagian semen : 4 bagian pasir. Sedangkan untuk pemasangan pada dinding akan menghasilkan perbandingna 1 bagian semen : 6 bagian pasir : 3 bagian Pozzolan Super dan hasilnya pun setara dengan K 225.

Estimasi cara menghemat semen.
Ayo Kita Hitung Biaya Untuk Setiap Produksinya
Semen 1/4 x 10 kg = 2,5 = 2500
Pasir ¾ x 10 kg = 7,5 = 750
Total biaya = Rp. 3250 untuk setiap pembuatan per 10 kg adukan
Bagaimana ya solusi untuk menghemat semem?
Mari kita pelajari bersama.

SOLUSI DALAM MENGHEMAT SEMEN I DENGAN PERBANDINGAN :

1 bagian semen : 6 bagian pasir + 3 bagian Pozzolan Super = 10 kg 1000: 600+ 1200 =
Rp. 2.800,-
Selisih antara keduanya Rp. 3250 – Rp. 2800 = Rp. 450 untuk per 10 kg adukan, jadi kalau satu bangunan menghabiskan 100 zak semen =5000kg
kita bisa menghemat semen sampai : 5000 : 10 x 450 = Rp. 225.000
Apakah ada solusi yang lain?
Tentu ada dong.


SOLUSI DALAM MENGHEMAT SEMEN II DENGAN PERBANDINGAN :

Kalau dengan menggunkan pasir laut/tanah berpasir kita bisa menghemat semen sampai dengan Rp. 525.000,- dengan rincian :
1 bagian semen : pasir laut/tanah berpasir : 3 bagian Pozzolan = 10 kg
1000 : – : 1200 = Rp. 2.200,-
Dan selisih Rp. 3.250 – Rp. 2.200 = Rp. 1.050 jadi untuk setiap 100 zak semen bisa menghemat sampai Rp. 500 x Rp. 1.050 = Rp. 525.000,-

Fungsi dari additive “SPECTACULER BETON”

  1. Menghemat penggunaan semen 40-60%
  2. Mempercepat pengeringan beton
  3. Menanbah kekuatan ikatan antara matrial sehingga pasir,semen,abu,kapur dan material pengisi lainnya menyatu dengan baik
  4. Menghemat pemakain semen untuk adukan (menyambung bata cukup dengan semen tipis yang sudah dicampur air) dan acian (acian cukup dengan semen cair dikuaskan diatas permukaan bata semen)
  5. Menghemat biaya tenaga kerja
  6. Dapat memanfaatkan limbah sebagai bahan pengisi
  7. Dapat menggunakan cetakan yang sederhana misalkan dari kayu karena adonan yang digunakan setengah kering.

Pengertian dari kuat tekan beton :

Kuat tekan beton adalah kemampuan beton keras untuk menahan gaya tekan dalam setiap satu satuan luas permukaan beton. Secara teoritis kekuatan tekan beton dipengaruhi oleh kekuatan komponen-komponenny

Menghitung komposisi adukan pengecoran


Adukan perbandingan beton 1 : 2 : 3
Perbandingan Semen, Pasir dan Batu Split/Kerikil 1 : 2 : 3.
Trus masing-masing jadi berapa volumenya ?
Pertama-tama kita harus mengetahui berapa bagian masing-masing item.
Semen             : 1/6
Pasir                : 2/6
Batu Split        : 3/6
Jadi Semen mempunyai bagian 1/6 dari 1 m3 beton = 0,167 m3, Pasir mempunyai bagian 2/6 dari 1 m3 beton = 0,333 m3, Batu Split/Kerikil mempunyai bagian 3/6 dari 1 m3 beton= 0,5 m3.

Sekarang untuk pelaksanaannya bagaimana cara yang mudah untuk membuat adukan beton sesuai dengan takaran tadi.Pemisalan dalam membuat takaran. Takaran ini mengacu pada jumlah semen. Takaran biasanya dibuat dari kayu yang biasa disebut Dolak. Dolak ini dibuat sesuai dengan ukuran 1 (satu) sak semen (persegi). Jadi Takarannya menjadi : Semen = 1 dolak, Pasir = 2 dolak dan Batu Split/Kerikil = 3 dolak.

Perencanaan duct beton mempunyai ukuran 3 x 5 m2 . Maka harus mengetahui volume duct beton yang akan di buat. Misalkan perencanaan dengan ketebalan 10 cm, maka volume beton yang dibutuhkan adalah 3 x 5 x 0,1 m3 = 1,5 m3.

Dari perbandingan beton tadi volume kebutuhan masing-masing material adalah :
Semen = 1/6 x 1,5 m3 = 0,25 m3 atau jika dikonversi dalam satuan sak semen = Volume Semen : Volume 1 sak semen (mis ukuran 1 sak semen 50 kg = 0,1 x 0,4 x 0,6 = 0,024 m3) = 0,25 : 0,024 = 10,416 sak semen @ 50 kg.
Pasir = 2/6 x 1,5 m3 = 0,5 m3.
Batu Split/ Kerikil = 3/6 x 1,5 m3 = 0,75 m3.

Untuk kekuatannya bagaimana ? Apakah adukan beton 1 : 2 : 3 memenuhi syarat untuk kebutuhan pelaksanaan konstruksi duct beton ?
Untuk adukan beton 1 : 2 : 3 kurang lebih setara dengan Beton Mutu K-175 atau dengan kata lain mempunyai kuat tekan 175 kg / cm2, dimana cukup untuk memenuhi syarat kondisi kekuatan duct beton. Jika ingin menentukan kekuatan beton sesuai dengan SNI (Standard Nasional Indonesia) misal dengan adukan beton (site mix) dengan K-200 atau K-225 maka dapat mengacu pada Buku SNI tentang Komposisi Adukan Beton yang diterbitkan oleh Dinas PU.

18 Nov 2013

Alat Berat

jenis alat berat beserta fungsinya

Eksistensi alat berat dalam proyek-proyek dewasa ini baik proyek konstruksi maupun proyek manufaktur sangatlah penting guna menunjang Pemerintah baik dalam pembangunan infastruktur maupun dalam eksplore hasil-hasil tambang, misalnya semen dan batubara. Keuntungan-keuntungan dengan menggunakan alat-alat berat antara lain waktu yang sangat cepat, tenaga yang besar dan nilai-nilai ekonomis.
Penggunaan alat berat yang kurang tepat dengan kondisi dan situasi lapangan pekerjaan akan berpengaruh berupa kerugian antara lain rendahnya produksi, tidak tercapainya jadwal atau target yang telah ditentukan atau kerugian biaya perbaikan yang tidak semestinya. Oleh karena itu, sebelum menentukan tipe dan jumlah peralatan dan attachmentnya sebaiknya dipahami terlebih dahulu fungsi dan aplikasinya.
alat berat beserta fungsinya
1.   Pengertian Alat-alat berat
 Alat-alat berat (yang sering dikenal di dalam ilmu Teknik Sipil) merupakan alat yang digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan pembangunan suatu struktur bangunan. Alat berat merupakan faktor pentingdidalam proyek, terutama proyek-proyek konstruksi maupun pertambangan dankegiatan lainnya dengan skala yang besar (Ramly 2013)
Tujuan dari penggunaan alat-alat berat tersebut adalah untuk memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya, sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah dengan waktu yang relatif lebih singkat.
Alat berat yang umum dipakai dalam proyek kostruksi antara lain :
Dozer,
- Alat gali (excavator) seperti backhoe, front shovel, clamshell;
- Alat pengangkut seperti loadertruck dan conveyor belt;
- Alat pemadat tanah seperti roller dan compactor, dan lain lain.
2.    Klasifikasi alat-alat berat
 Alat berat juga dapat dikategorikan ke dalam beberapa klasifikasi. Klasifikasi tersebut adalah klasifikasi fungsional alat berat dan klasifikasi operasional alat berat.
2.1. Klasifikasi Fungsional Alat Berat
Yang dimaksud dengan klasifikasi fungsional alat adalah pembagian alat tersebutberdasarkan fungsi-fungsi utama alat. Berdasarkan fungsinya alat berat dapatdibagi atas berikut ini (Ramly 2013)
a. Alat Pengolah Lahan
Kondisi lahan proyek kadang-kadang masih merupakan lahan asli yang harus dipersiapkan sebelum lahan tersebut mulai diolah. Jika pada lahan masih terdapat semak atau pepohonan maka pembukaan lahan dapat dilakukan dengan menggunakan dozer. Untuk pengangkatan lapisan tanah paling atas dapat digunakan scraper. Sedangkan untuk pembentukan permukaan supaya rata selain dozerdapat digunakan juga motor grader.
Gambar.1.1
Dozer
Bulldozer dapat dibedakan menjadi dua yakni menggunakan roda kelabang (Crawler Tractor Dozer) dan Buldoser yang menggunakan roda karet (Wheel Tractor Dozer). Pada dasarnya Buldoser menggunakan traktor sebagai tempat dudukan penggerak utama, tetapi lazimnya traktor tersebut dilengkapi dengan sudu sehingga dapat berfungsi sebagai Buldoser yang bisa untuk menggusur tanah.
Buldoser digunakan sebagai alat pendorong tanah lurus ke dapan maupun ke samping, tergantung pada sumbu kendaraannya. Untuk pekerjaan di rawa digunakan jenis Buldoser khusus yang disebut Swamp Bulldozer.
b. Alat Penggali
Jenis alat ini dikenal juga dengan istilah excavator. Beberapa alat berat digunakan untuk menggali tanah dan batuan. Yang termasuk didalam kategori ini adalah front shovelbackhoe, dragline, dan clamshell.
Gambar.1.2
Backhoe
c. Alat Pengangkut Material
Crane termasuk di dalam kategori alat pengangkut material, karena alat ini dapat mengangkut material secara vertical dan kemudian memindahkannya secara horizontal pada jarak jangkau yang relatif kecil. Untuk pengangkutan material lepas (loose material) dengan jarak tempuh yang relatif jauh, alat yang digunakan dapat berupa belttruck dan wagon. Alat-alat ini memerlukan alat lain yang membantu memuat material ke dalamnya.
Gambar1.3
Truk
d. Alat Pemindahan Material
Yang termasuk dalam kategori ini adalah alat yang biasanya tidak digunakan sebagai alat transportasi tetapi digunakan untuk memindahkan material dari satu alat ke alat yang lain. Loader dan dozer adalah alat pemindahan material.
Gambar1.4
Loader
e. Alat Pemadat
Jika pada suatu lahan dilakukan penimbunan maka pada lahan tersebut perlu dilakukan pemadatan. Pemadatan juga dilakukan untuk pembuatan jalan, baik untuk jalan tanah dan jalan dengan perkerasan lentur maupun perkerasan kaku. Yang termasuk sebagai alat pemadat adalah tamping rollerpneumatictiredrollercompactor, dan lain-lain. Pekerjaan pembuatan landasan pesawat terbang, jalan raya, tanggul sungai dan sebagainya tanah perlu dipadatkan semaksimal mungkin. Pekerjaan pemadatan tanah dalam skala kecil pemadatan tanah dapat dilakukan dengan cara menggenangi dan membiarkan tanah menyusust dengan sendirinya, namun cara ini perlu waktu lama dan hasilnya kurang sempurna; agar tanah benar-benar mampat secara sempurna diperlukan cara-cara mekanis untuk pemadatan tanah.
Pemadatan tanah secara mekanis umumnya dilakukan dengan menggunakan mesin penggilas (Roller); klasifikasi Roller yang dikenal antara lain adalah:
  • Berdasarkan cara geraknya; ada yang bergerak sendiri, tapi ada juga yang harus ditarik traktor.
  • Berdasarkan bahan roda penggilasnya, ada yang terbuat dari baja (SteelWheel) dan ada yang terbuat dari karet (pneumatic).
  • Dilihat dari bentuk permukaan roda; ada yang punya permukaan halus (plain), bersegmen, berbentuk grid, berbentuk kaki domba, dan sebagainya.
  • Dilihat dari susunan roda gilasnya; ada yang dengan roda tiga (Three Wheel), roda dua (Tandem Roller), dan Three Axle Tandem Roller.
  • Alat pemadat yang menggunakan penggetar (vibrator).
  • Gambar.1.5
    Tandem Roller
    f. Alat Pemroses Material
    Alat ini dipakai untuk mengubah batuan dan mineral alam menjadi suatu bentuk dan ukuran yang diinginkan. Hasil dari alat ini misalnya adalah batuan bergradasi, semen, beton, dan aspal. Yang termasuk didalam alat ini adalah crusher dan concrete mixer truck. Alat yang dapat mencampur material-material di atas juga dikategorikan ke dalam alat pemroses material seperticoncretebatch plant dan asphalt mixing plant.
  • Gambar. 1.6.
    Concrete Mixer Truck
      g. Alat Penempatan Akhir Material
    Alat digolongkan pada kategori ini karena fungsinya yaitu untuk menempatkan material pada tempat yang telah ditentukan. Ditempat atau lokasi ini material disebarkan secara merata dan dipadatkan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Yang termasuk di dalam kategori ini adalah concrete spreaderasphalt pavermotor grader, dan alat pemadat.
Gambar. 1.7
Asphalt Paver
  • 2.2. Klasifikasi operasional Alat Berat
    Alat-alat berat dalam pengoperasiannya dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain atau tidak dapat digerakan atau statis. Jadi klasifikasi alat berdasarkan pergerakannya dapat dibagi atas berikut ini.
    a. Alat dengan Penggerak
    Alat penggerak merupakan bagian dari alat berat yang menerjemahkan hasil dari mesin menjadi kerja. Bentuk dari alat penggerak adalah crawler atau roda kelabang dan ban karet. Sedangkan belt merupakan alat penggerak pada conveyor belt.
Gambar. 1.8
Crawlercrane
  • b. Alat Statis
    Yang termasuk dalam kategori ini adalah towercranebatching plant, baik untuk beton maupun untuk aspal serta crusher plant.
  • Gambar. 1.9
    Tower Crane
     Crane (alat pengangkat) jenisnya ada bermacam-macam: Crane gelegar, cranekolom putar, crane putar, crane portal, crane menara,crane kabel, dan mobil crane. Beberapa jenis Crane banyak digunakan dalam proyek-proyek bangunan sipil yang berkaitan dengan pemindahan tanah adalah mobile crane, sebab craneini dapat dengan mudah dipindah-pindahkan, karena pekerjaan pemindahan tanah secara mekanis membutuhkan mobilitas alat yang relatif tinggi
3.  Fungsi alat berat
Dirancang untuk melakukan berbagai aplikasi kehutanan dengan konfigurasi LogLoaderHarvester/Processor, dan Road Builder.
Gambar. 1.10
Alat Berat Kehutanan
Sumber: Wedhanto (2009)
Backhoe Loadermerupakan gabungan dari dua alat berat yang berbeda fungsinya. Bagian depan dilengkapi dengan bucket dan berfungsi sebagaimana loader dan bagian belakang dilengkapi dengan perlengkapan yang sama dengan yang digunakan padaexcavator
Gambar. 1.11
BACKHOE LOADER
                                                                                                     
Alat penggali sering juga disebut Excavator; ada dua tipe Excavator yaitu:
(1) Excavator yang berjalan menggunakan roda kelabang / track shoe (Crawler Excavator) dan
(2) Excavator yang menggunakan ban (Wheel Excavator).
Gambar. 1.12
HIDRAULIC EXCAVATOR
Sumber: catalogue Komatsu
Excavator digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan seperti :
• Excavating (menggali)
• Loading (memuat material)
• Lifting (mengangkat beban)
• Hammering (menghancurkan batuan)
• Drilling (mengebor), dan lain sebagainya
Perbedaan mendasar antara Excavator dan Mass Excavator terdapat pada kapasitas implement yang digunakan.
Alat perata tanah (Grader) berfungsi untuk meratakan pembukaan tanah secara mekanis; dusamping itu Grader dapat dipakai pula untuk keperluan lain misalnya untuk penggusuran tanah, pencampuran tanah, meratakan tanggul, pengurugan kembali galian tanah dan sebagainya; akan tetapi khusus untuk penggunaan pada pekerjaan pengurugan kembali galian tanah hasilnya kurang memuaskan.
Gambar. 1.13
MOTOR GRADER
Sumber: Wedhanto (2009)
Beberapa pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh Grader antara lain adalah:
  • · Perataan tanah (Spreading).
  • · Pekerjaan tahap akhir (finishing) pada “pekerjaan tanah”.
  • · Pencampuran tanah maupun pencampuran material (Side cast/mixing).
  • · Pembuatan parit (Crowning Ditching)
  • · Pemberaian butiran tanah (scarifying)
Pada umumnya Grader digunakan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan pembangunan dan pemeliharaan jalan, diantaranya :
• Grading, Spreading, Ditching
• Scarifying
• Side Sloping
• Dozing
• Ripping
 Tergantung attachment (perlengkapan kerja) nya, Skid Steer Loader, disingkat SSL, dapat digunakan untuk berbagai keperluan, diantaranya :
• Loading, Dozing,
• Digging,
 • Clamping,
• Grading, Leveling, dan sebagainya.
Gambar. 1.14
Skid Steer Loader
Sumber: Wedhanto (2009)
Gambar. 1.15
Skidder
Sumber: Wedhanto (2009)
Ada dua jenis Skidder yang digunakan yaitu :
• Wheel Skidder
• Track Skidder
 Kegunaan dari Skidder adalah untuk menarik batang kayu. Pekerjaan ini biasanya banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan kayu (logging).
Gambar. 1.16
Wheel Tractor Scrapper
Sumber: Wedhanto (2009)
Wheel Tractor Scrapper, disingkat WTS, digunakan untuk memuat, memindahkan, menyebarkan dan mem-buang material dalam rangka pemeliharaan jalan. Alat ini digunakan untuk menggali muatannya sendiri, lalu mengangkut ke tempat yang ditentukan, kemudian muatan itu disebagkan dan diratakan. Scrapper mampu menggali/ mengupas permukaan tanah sampai setebal + 2,5 mm atau menimbun suatu tempat sampai tebal minimum + 2,5 mm pula. Scrapper dapat digunakan untuk memotong lereng tanggul atau lereng bendungan, menggali tanah yang terdapat diantara bangunan beton, meratakan jalan raya atau lapangan terbang. Efisiensi penggunaanScrapper tergantung pada: (1) kedalaman tanah yang digali, (2) kondisi mesin, dan (3) operator yang bekerja.
Jika ditinjau dari penggeraknya, jenis Scrapper ada dua macam yakni:
(1)  Scrapper yang ditarik Buldoser (Down Scrapper Tractor), dan
(2)  Scrapper yang memiliki mesin penggerak sendiri (Self Propelled Scrappers).
 Down Scrapper Tractor adalah jenis Scrapper kuno, Scrapper ini bekerja dengan ditarik oleh Buldoser atau traktor sehingga punya kapasitas produksi yang kecil, sebab gerakan Buldoser sebagai alat penarik sangat lamban, dan jarak angkut yang ekonomis kurang dari 67 m. Self Propelled Scrappers adalah jenis Scrapper yang modern dan saat ini banyak digunakan. Scrapper ini memiliki mesin penggerak khusus sehingga gerakannya gesit dan lincah. Produksi SelfPropelled Scrappers dapat tinggi, jika digunakan untuk mengangkut jarak yang sedang (+ 5 km) efektivitasnya dapat menyaingi truck, baik itu dalam produksi beaya tiap ton (m3) maupun kecepatannya.
Gambar 1.17
Articulated Dump Truck
Sumber: Wedhanto (2009)
Articulated Dump Truck, disingkat ADT, digunakan untuk memindahkan dan membuang material dengan kapasitas terbatas dan kondisi jalan berlumpur.
Gambar 1.18
Off Highway Truck
Sumber: Wedhanto (2009)
Sama halnya dengan ADT, Off Highway Truckjuga digunakan untuk memindahkan material dengan kapasitas yang besar mulai 40T sampai 360T.
Gambar.1-19.
Wheel Dozer
Sumber: Wedhanto (2009)
Mesin ini merupakan wheel loader yang dilengkapi dengan blade, dimana kegunaanya hampir sama dengan dozer.
Gambar.1.20
Track Type Loader
Sumber: Wedhanto (2009)
Track Type Loaderdigunakan untuk memuat material, sama halnya dengan wheel loader, hanya saja menggunakan track dan kapasitasnya lebih kecil.
Gambar 1.21.
Wheel Loader
Loaderadalah alat pemuat hasil galian/ gusuran dari alat berat lainnya seperti BuldoserGrader dan sejenisnya. Pada prinsipnya Loadermerupakan alat pembantu untuk menngangkut material dari tempat-tempat penimbunan ke alat pengangkut lain. Selain itu Loader dapat digunakan sebagai alat pembersih lokasi (Cleaning) yang ringan, untuk menggusur bongkaran, menggusur tonggaktonggak kayu kecil, menggali pondasi basement dan lain-lain.
 Loader merupakan alat pengangkut material dalam jarak pendek, bila digunakan sebagai alat pengangkut maka Loader dapat bekerja lebih aik dari Buldoser, sebab dengan menggunakan Loader tak ada material yang tercecer. Jenis Loader ada dua yaitu :
(1) Loader dengan roda rantai (CrawlerLoader), dan
(2) Loader dengan roda karet (Wheel Loader).
Dalam pemilihan Loader sebagai alat pengangkut, hal yang perlu diperhitungkan adalah beban harus diperhitungkan jangan sampai berat muatan melebihi berat dari loader itu sendiri, sebab ada kemungkinan Loader dapat terjungkal ke depan, lebihlebih jika digunakanWheel Loader.
Kegunaan dari Wheel Loader adalah untuk memuat material ke dalam ADT atau OHT. Pada wheel loader kecil dan menengah, bisa juga digunakan untuk aplikasi lainnya (tergantung dari attachment yang digunakan) seperti : WHA (Waste Handling ArrangementIntegrated ToolcarrierForklift dan sebagainya.
Gambar. 1.22
Track Type Tractor
Sumber: Wedhanto (2009)
Track Type Tractoratau Bulldozer atau Dozer adalah alat yang dirancang untuk mendorong material, meratakan atau menyebarkan material, mengupas permukaan tanah dan penggunaan lainnya yang sesuai.
Disamping itu ada kegunaan lainnya yang bisa dilakukan oleh machine ini, tergantung dari attachment yang dipasangkan, yaitu :
• Ripping, bila dilengkapi dengan Ripper
• Skidding, bila dilengkapi dengan Winch
Gambar.1- 23
Telehandler
Sumber: Wedhanto (2009)
Penggunaan Telehandler tergantung dari attachment yang dipasangkan pada mesintersebut. Misalnya bisa digunakan sebagai forkliftdengan daya jangkau yang lebih jauh.
Power  Shovel
Dengan memberikan shovel attachment  pada excavator, maka disapatkan alat yang disebut dengan power shovel. Alat ini baik untuk pekerjaan menggali tanah tanpa bantuan alat lain, dan sekaligus memuatkan ke dalam truk atau alat angkut lainnya. Alat ini juga dapat untuk mebuat timbunan bahan persediaan (stock pilling).
 Pada umumnya power shovel  ini dipasang di atas crawler mounted, karena diperoleh keuntungan yang besar antara lain stabilitas dan kemampuan floatingnya. Power shovel  di lapangan digunakan terutama untuk menggali tebing yang letaknya lebih tinggi dari tempat kedudukan alat. Macam  shovel  dibedakan dalam dua hal, ialah shovel  dengan kendali kabel (cable controlled), dan shovel dengan kendali hidrolis (hydraulic controlled).
 
Gambar :  Front shovel





Cara kerja Power Shovel
Pekerjaan dimulai dengan mennempatkan shovel pada posisi dekat tebing yang akan digali, dengan menggerakkan dipper/bucket  ke depan kemudian ke atas sambil menggaruk tebing sedemikian rupa sehingga dengan garukan ini tanah dapat masuk ke dalam bucket.Jika bucket sudah penuh, bucket ditarik ke luar. Operator yang telah berpengalaman, akan dapat mengatur gerakan sedemikian rupa sehingga bucket sudah terisi penuh pada saat bucket mencapai bagian atas tebing.
 Setelah terisi penuh, shovel dapat diputar (swing)  ke kanan atau ke kiri menuju tempat yang harus diisi. Segera sesudah shovel  tidak lagi dapat mencapai tebing dengan sempurna, shovel digerakkan/berjalan menuju posisi baru hingga dapat bekerja seperti semula. Pada dasarnya gerakan-gerakan selama bekerja dengan shovel  ialah:
  1. Maju untuk menggerakkan dipper menusuk tebing,
  2. Mengangkat dipper/bucket untuk mengisi,
  3. Mundur untuk melepaskan dari tanah/tebing,
  4. Swing (memutar) untuk membuang (dump),
  5. Berpindah jika sudah jauh dan tebing galian, dan
  6. Menaikkan/menurunkan sudut boom jika diperlukan
semoga bermamfaat ya teman-teman semua...